Alat pendengaran paling mahal di dunia

Bicara dengan teriak-teriak

Setiap pagi wanita itu teriak-teriak seperti orang marah, sebelum berangkat kerja. Sebenarnya bukan karena dia sedang memarahi lelakinya, mungkin karena hanya ingin cepat mendapatkan reaksi dari suaminya.

Sambil menyodorkan sarapan yang baru selesai dibuatnya di depan suaminya, tidak ada wajah emosi, justru mereka biasa saja dan tersenyum-senyum.

Setelah beberapa hari aku menjadi tetangga "kontrakan" baru aku tahu ternyata sang suami menderita kesulitan pendengaran.
Alat pendengaran paling mahal di dunia

Jadinya, semua penghuni di kanan kiri sudah memaklumi keadaan tersebut, biasa mendengar teriakan perempuan muda itu pada suaminya disetiap pagi dan ssetiap saat.

Alat pendengaran

Namanya Ryan, sang suami itu, ia sudah lama menderita gangguan pendengaran sejak lama, bahkan menurut orang tuanya yang suatu hari menengoknya bercerita bahwa dia sudah menderita hal itu sejak lahir.

Beberapa minggu ini alat pendengarannya rusak sehingga setiap orang harus berteriak jika menyampaikan sesuatu padanya, akupun harus mengeluarkan tenaga ekstra kalau sedang ngobrol dengannya.

Dia mengeluh dengan alat pendengarnya yang rusak yang "katanya" itu barang mahal dan setiap kali rusak orang tuanya yang membelikannya.

Mereka adalah keluarga baru, semuanya masih muda muda yang aku kenal pada waktu ada tugas pekerjaan ke Mataram, yang kebetulan berdekatan rumah kontrakan.

Akibat dari gangguan pendengaran

Beberapa kali Ryan keluar masuk kerja berpindah dari satu tempat kerja yang satu ke pekerjaan yang lain dan alasannya selalu karena masalah di telinganya tersebut.

Aku turut prihatin mendengarkannya, hanya karena kurang bisa mendengar menjadi masalah besar dalam bekerja. Untunglah sang istri punya pekerjaan tetap di suatu pusat penjualan pakaian yang tidak jauh dari kontrakan.

Lebih banyak waktu yang dihabiskan Ryan dirumah kontrakan, tak banyak hal yang bisa dilakukannya. Akupun ikut membayangkan susahnya jadi orang pekak pendengaran, ingin nonton TV, mendengarkan musik, main gitar pasti rasanya tidak nyaman.

Memperbaiki alat pendengaran

Suatu hari dia terlihat sibuk dengan alat-alat di meja terasnya. Aku menghampiri dan ingin tahu apa yang dikerjakannya, ternyata dia mencoba memperbaiki alat pendengarannya yang konon alat itu alat ke lima yang pernah dibelikan orang tuanya padanya.

Dengan melanjutkan kesibukannya, dia bercerita panjang lebar dan aku setia mendengar ceritanya. Dia bercerita orang tuanya mulai mengeluh karena seringnya alat yang dibelikannya rusak, sehingga selalu harus membelikannya lagi dan lagi padahal menurut dia alat bantu pendengaran tersebut mahal harganya.

Dan akupun tidak bertanya tentang harga alat tersebut, semahal apa?. Namun dia jujur kalau dia suka mengotak atik alat tersebut, bilangnya biar lebih keras ditelinganya.

Radio, potongan kuku, pulpen satu paket cuma 10 ribu

Suatu hari aku santai sambil mendengarkan musik dari headset yang aku hubungkan ke sebuah radio kecil yang aku beli beberapa ribu itu.

Radio itu bentuknya kecil dan murah, jadi tidak heran kalau sering kita temui dijual dalam satu paket dengan pulpen atau pemotong kuku atau pensil seharga sepuluh ribu rupiah.

Baru sadar ternyata barang-barang elektronika semakin murah dengan beberapa ribu saja sudah bisa santai mendengarkan radio sambil memotong kuku. Dan yang penting juga suara keras dari earphone itu cukup keras aku dengarkan di telinga dan tidak mengganggu tetangga sebelah.

Ohya, sekaligus tidak mendengar lagi teriakan istri Ryan yang keras itu setiap bicara dengan suaminya.

Mac Gyver dadakan

Entahlah muncul ide saat itu sehingga aku berfikir, kenapa tidak mencoba membuat alat bantu dengar dari perangkat radio murahku itu?.

Waktu masih di kampung dulu, jaman muda, aku pernah membuat alat penyadap yang sengaja aku buat untuk mendengarkan tetangga yang "suka" membicarakan aku.

Kepedean bukan? membicarakan aku? sok artis atau? yang ini tidak perlu diceritakan. Yang pasti dari hal itulah aku ingat Ryan, mungkin dia membutuhkan ide kecilku ini.

Aku buka perangkat radioku itu lalu mulai melepas bagian receivernya / penalanya yang pasti tidak akan terpakai dan akan memberi ruang untuk bagian pre amplifiernya.

Dengan memakai satu buah transistor C828 sebagai penguat pertama yang mengolah signal dari mikropon, aku sengaja memakai mikropon jenis kondenser karena memiliki kepekaan yang luar biasa.

Signal dari mikropon dikuatkan oleh transistor C828 kemudian outputnya masuk ke bagian pengatur volume baru masuk ke bagian penguat y6ang sudah ada pada radio tersebut.
[post_ads]
Ruangnya cukup lega untuk mengatur tambahan komponen itu, karena jelas pada bagian receiver aku melepas satu buah IC dan beberapa resistor, kapasitor dan lilitan penalaan.

Satu lubang dibutuhkan untuk tempat mikropon kondensernya, kemudia dikemas lagi dan tralalaaaa....akhirnya aku bisa mendengarkan suara jangkrik di sekitar kontrakan dengan lebih jelas.
Kalau ingin konsultasi soal rangkaian nya jangan di sini lebih baik ke Chogwang Dot Com.

Ryan tertawa terbahak-bahak

Dengan penuh kepedean akhirnya aku me "launcing" hasil karyaku dan memperkenalkan kepada yang berhak memakainya.

Ryan, dia mulai mencoba memasangkan headset ke telinganya. Aku mencoba mengarahkan bagaimana caranya agar bisa lebih keras dan keras lagi suaranya. Dan diapun tertawa terbahak-bahak. sambil bertanya:

"Kok bisa Mas?" sambil terus konsentrasi ke pendengarannya.

Aku cuma senang melihat dia tertawa sambil sesekali melihatku dan kembali mengatur volume di radio yang sudah berubah fungsi tersebut.

Kesimpulan

Ternyata mudah saja membuat orang lain bahagia, disaat orang itu membutuhkan sesuatu dan kita mencoba membantu "sebisanya".

Suatu hari datanglah orang tuanya ke kontrakan ingin bertemu denganku dan mengucapkan terima kasih dan mengajakku makan malam bersama.

Bersyukur hal sederhana yang aku lakukan ternyata sangat bermakna, senang bisa melihat orang lain melewati sebuah kesulitan tanpa kita merasa berat.

Sebelum aku kembali ke Surabaya karena tugas di Mataram sudah selesai, aku membuat empat buah alat yang sama yang semoga bisa menjadi kenangan dalam sebuah persaudaraan.

Berapa harga alat itu? tidak akan ternilai harganya karena semua dibuat dengan keikhlasan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan-jalan wisata liburan ke Museum Purbakala Sangiran Sragen Jawa Tengah

Kenapa kita harus bekerja?

Mengapa pengajuan Google Adsense saya untuk domain sendiri di setujui?