Teruskanlah saling menghujat jika itu baik buat bangsamu

Hari ini saya berdebat soal politik dengan seseorang di sebuah halaman 'facebook', sebenarnya belum dinamakan debat politik, karena kami hanya salah persepsi dalam mengartikan arti kesopanan dan dimana kita harus letakkan kesopanan dan etika . Dimanakah letak kesopanan dalam berpolitik?

Pada dasarnya saya bukan orang yang paham betul masalah politik, jadi saya pikir juga salah kenapa harus masuk dan berkomentar di page politik itu. Tapi tetap menjadi fenomena bagi saya untuk mengetahui sebenar benarnya apakah sebenarnya politik itu harus kejam? apakah politik harus meninggalkan nilai kesopanan dan moral?.

Mungkin saya butuh beberapa buku atau informasi di internet untuk menjadi referensi penyelesaian beberapa pertanyaan yang terus teringat di kepala, bahwa politik kejam, maling teriak maling dan penuh trik dan intrik. Sebegitukah kebenaran politik? sebuah dunia lain yang selama ini belum saya pahami betul betul? sebuah dunia yang penuh kekejaman? saling membunuh?

Saya tidak menyalahkan diri sendiri dengan kekurangan dalam hal ini, meskipun yang pasti saya mendengar nama politik dan dari mana asal nama politik dan itu pernah saya tulis artikel di sebuah blog saya DISINI.

Politik berasal dari kata polis yang berarti "kota", dari kata polis muncullah istilah baru antara lain: Politeia yang artinya segala hal mengenai negara, Polites artinya warga negara, Politikus artinya ahli negara, Politicia artinya pemerintahan negara. Bisa baca selengkapnya pada link di atas.

Saya mencoba menghubungkan antara pernyataan bahwa politik itu kejam, bengis, jahat, saling membunuh dan menipu. Sampai disini saya belum bisa memahami kenapa bisa pada suatu debat terbuka dinyatakan bahwa politik tidak perlu kesopanan.

Kemungkinan terbesar, menurut saya adalah karena dasar pendidikan politik yang di ajarkan selama ini di negeri ini cenderung dengan menghalalkan semua cara. Menganggap semua yang bertentangan dengan pandangan politiknya adalah "lawan" dan harus di serang tanpa ampun. Semoga pemikiran saya salah, sekali lagi saya bukan orang yang paham betul masalah politik.
[post_ads]
Dan yang paling saya ingat dari kawan debat saya adalah dalam politik tidak butuh kesopanan, jadi berhak menyebutkan bagian tubuh mana-pun karena lawan debat kita adalah musuh kita yang harus di habisi.

Itulah pertanyaan besar saya meskipun saya bukan orang politik tetap saya masih tahu apa arti kesopanan dan etika berucap, berkata dan cara menyampaikan sesuatu hal dengan lebih baik.

Hal ini kembali mengingatkan saya pada pengalaman tiga tahun yang lalu dan menurut saya kondisinya sama dengan yang saya alami saat ini (penuh tanda tanya), saat saya melakukan tugas kerja ke Balikpapan. Saya mempunyai rekan sekantor, yang mengatakan bahwa pekerjaan adalah pekerjaan dan masjid adalah masjid, jadi artinya 'menurut pemahaman saya' ada pemisahan urusan manusia dengan Tuhan, jadi jangan di campur adukan dengan urusan pekerjaan (dunia).

Jadi ada usaha untuk menghalangi eksistensi Tuhan menurut saya untuk mencampuri urusan pekerjaan dengan harapan bahwa kami bisa menghalalkan berbagai cara memperoleh keuntungan dari sebuah pekerjaan dengan tanda kutip itu haram bagi saya.

Contoh pengalaman saya di atas mencoba saya bandingkan dengan cara lawan debat saya beranggapan, bahwa tidak perlu nilai kesopanan dan etika dalam berpolitik. Dan itu saya bisa menganggap syah syah saja, itu adalah pandangan politik menurutnya.

Tapi pertanyaannya menjadi, apakah tidak ada Tuhan di 'ruang lingkup' ber-politik? agar menang apapun caranya tanpa dosa?

Apakah kita harus ateis jika berpolitik? seperti halnya apakah kami di team kerjaan kami dulu harus atheis untuk bekerja agar kami dapat untung besar dan tanpa dosa?. Atheis saya artikan menganggap Tuhan tidak ada.

Ini pandangan saya terakhir yang mulai sedikit saya pahami dari pengalaman saya, bahwa politik adalah buatan manusia dan manusia yang mempermainkan politik itu untuk menjadikan apapun yang mereka inginkan, hingga kadang melupakan bahwa kita tetap manusia yang memiliki aturan Ke-Tuhan-an yang Beradab. Apapun itu di sebut, Tuhan tetap punya eksistensi di dalamnya dan tetap mengatur alur cerita di dalamnya.

Apalagi politik di sini dalam pembentukan sebuah negara yang terbaik dengan banyak solusi dan solusi itu berwujud dalam beberapa pandangan politik, itu tujuan utamanya. Apakah tujuan utama dilupakan dengan menganggap orang yang tidak sama dalam pandangan politiknya adalah lawan yang harus di sirnakan? dengan cara tidak sopan dan tanpa etika?

Bersyukur saya bukan orang politik, jika iya betapa sakit hatinya saya hanya karena saya punya pandangan lain sebagian organ tubuh saya di sebutkan di depan orang lain.

Kembali lagi soal kesopanan dan etika dalam berpolitik saya belum menemukan jawaban yang memuaskan meskipun sementara saya punya pandangan seperti di atas, itu sudah cukup melegakan hati saya untuk tetap kuat tidak mencoba mengkotak-kotakkan hidup dan memisahkan adab saya serta Tuhan saya dari hidup saya.

Kata kata terakhir saya dalam debat di page facebook yang jadi"masalah" buat saya itu adalah:
"Teruskanlah saling menghujat jika itu baik buat bangsamu".

Komentar

  1. selamat siang mas royen,,,
    terima kasih atas kunjungannya kegubuk saya ya mas..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selamat siang Mas Redo, sama sama mas Redo . Ibarat rumah , blog adalah rumah dan kita saling bersilaturahim jika saling berkunjung. Itu hikmah ngeblog dari sisi lain.

      Hapus

Posting Komentar

Apa yang bisa dipetik dari tulisan saya?
Silahkan berkomentar dengan baik.
Terima Kasih

Postingan populer dari blog ini

Jalan-jalan wisata liburan ke Museum Purbakala Sangiran Sragen Jawa Tengah

Kenapa kita harus bekerja?

Mengapa pengajuan Google Adsense saya untuk domain sendiri di setujui?